Galau: Halo orang yang diujung sana.

First thing to say, ini adalah post galau. Galau ada seri serius dari kehidupan saya (wiih) EHEM! serius. So, I'm galau now.

Kalian pernah ngerasa sia-sia? Gue cukup sering ngerasa perasaan kayak tapir gitu (?) Banyak banget hal dalam hidup lo yang gak bisa lo dapetin (kecuali lo anak ajaib si tukang sihir panji milenium season 24) kayak gue. Manusia bisa bertindak, atau bahkan terkadang tidak bertindak, tapi hasilnya? Gak pernah ada yang tahu.

Halo orang yang diujung sana.
Mungkin kecil kemungkinan lo bisa mengerti post ini ditujukan untuk lo. Jangankan ngerti, baca aja belum tentu. Yang gue ngerti dari 2 tahunn lebih kita kenal, lo adalah orang tercuek dan tersadis. Ya, gue sendiri gak ngerti kenapa bisa jadi temen lo.

Mungkin lo gak tahu betapa senangnya gue tahun lalu saat kita sahabat yang tiap malem chat, sms, dan join bareng di sekolah. Gue juga gak ngerti kenapa manusia tolol ini gak bisa ngejaga perasaan "sahabat" dalam rumahnya. Tiba-tiba, blam! Something L come up.

Gue gak pernah meratiin proses sebenarnya. Gak toh gak inget gimana gue bisa dekat sama lo waktu kelas 8 dulu. Gue juga gak inget bagaimana dari kelas 7 lo yang pendiam tiba-tiba berubah menjadi salah satu orang paling meledak yang pernah gue kenal. Oke, dan gue bahkan gak ingat gimana rasanya muncul. Plop gitu aja.

Ini serius. Itu hal pertama yang muncul dalam benak gue setelah beberapa saat the "L" muncul. Ini bukan ecek-ecek, sesuatu yang memang harus gue perjuangkan karena diri gue butuh hal itu. So, dengan segala keseriusan gue, i tried. Sayangnya, gue bukan tipe orang yang bisa membuat lo tertarik atau people said, "pedekate". Yah, that's really sound gross for me.

Lo mungkin gak pernah tau apa yang gue alamin selama ini. Jadi, i'll tell you now. I hate you, literally i hate myself. Gue benci saat handphone gue bunyi, gue akan lari sekencang mungkin dan berharap nama lo ada di layarnya. Setiap saat gue akan berusaha untuk online, JUST FOR CHAT with, even for 10 minutes. Gue akan menjadi sangaaat sedih saat lo ga bales chat gue atau apapun hal yang selalu berhubungan sama lo. Ya, gue emang lemah.

Tapi sekarang gak ada gunanya lagi, kan? Sekarang lo udah tumbuh jadi orang hebat, yang tiba-tiba seluruh cewek di sekolah berharap sama lo. Jadi, buat apa lagi gue ada disana? Buat apa lagi gue nunggu hal yang memang gak pernah pasti? Buat apa gue menggila selama 1,5 tahun tentang lo? Buat apa? Gue juga gak pernah tahu.

Karena dalam 1,5 tahun, tiap "Udah kalo cape gak usah, nanti malah sakit lagi", "Ser, nanti malem online ya! Awas lo gak online!", "Tau gak, lo orang pertama yang gue ceritain kayak gini.", "Buodoh lo, ser!", dan segala macam senyuman lo kasih ke gue buat segalanya, balik ke normal lagi. Tiap kata-kata simpel itu, bikin gue bangkit lagi saat gue nyerah. See? Betapa besar pengaruh lo dalam hidup gue.

Tapi gue benci karena seluruh orang di dunia harus sampai batas yang namanya capek. Dan sayangnya gue udah sampai di titik itu. Gue gak ngerti lagi harus ngapain. Bahkan setengah tahun terakhir mungkin lo udah bukan lagi sahabat gue, lo jauh. Lo jauh bersama teman-teman lo yang baru. Iya gue tahu, gue teralu naif kalo anggap kita bisa bareng. Gue bahkan perlu balik lagi ke kleas 1 SD karena teralu bodoh untuk pernah berpikir kalo keinginan gue itu bisa tercapai. Ser, ser, menginjak tangga ke 2 aja udah kelelahan.

Sekarang gue ngerti kok. Gue ngerti saat lo bilang (meskipun bukan ke gue) kalo lo suka sama cewek lain. Ini saatnya gue untuk back off. Balik ke alam sadar gue. Keluar dari segala mimpi bodoh itu.

Gue berhenti.

Just so you know, gue berhenti untuk mengharap. Tapi bukan berhenti "L" sama lo.
Andai gue bisa buang jauh-jauh, gue buang yan. Tapi gak bisa, gak tau sampai kapan.

"Now I don't dare to wish you just for me. Cause how much near I am, you far away." - @serenozora, via Twitter

0 comments: